IWj1X5DXrCbI10RsBEkQ7SL6RUOnRXSRSecqO6kR
Makalah Ilmu Dakwah Sejarah Dakwah Perkembangan Dakwah dan Ilmu Dakwah

Makalah Ilmu Dakwah Sejarah Dakwah Perkembangan Dakwah dan Ilmu Dakwah


MAKALAH
ILMU DAKWAH
Sejarah Dakwah dan Perkembangan Dakwah dan Ilmu Dakwah


OLEH:
MUJAHID ANSHARY
NIM. 11634019



FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONTIANAK
2019/1440 H




BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Islam merupakan agama yang besar, dan dibesarkan oleh orang nomor satu dunia yaitu Nabi Besar Muhammad SAW. Beliau telah mendedikasikan seluruh hidupnya demi kejayaan dan penyebaran agama Islam. Beliau adalah sosok mulia yang menghabiskan hari-harinya dengan berdakwah menyampaikan risalah Tuhan. Beliau tidak pernah lelah dan menyerah menghadapi hinaan, caci maki serta perlawanan dari musuh-musuh Islam.

Beliau adalah pribadi sempurna yang telah memberikan cahaaya kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah panutan sepanjang zaman, dan ajaran serta  pengabdian beliau selalu menjadi prioritas utama bagi umat Islam yang benar- benar talah mengislamkan dirinya, hatinya dan jiwanya. Sosok agung beliau yang telah meninggalkan kita sekian abad yang lalu, menambah cinta dan rindu kita kepadanya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepadanya, pada keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang selalu setia dalam perjuangan menegakkan Agama Islam, dan untuk seluruh pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Rasulullah telah mengajarkan kepada seluruh umat Islam tentang betapa  beratnya menegakkan kalimah tauhid, dan Rasulullah selalu optimis terhadap janji Allah bahwa agama yang benar adalah Islam, dan kebenaran itu yang membuat Rasulullah memiki kekuatan yang luar biasa. Keyakinan akan Kebenaran Hakiki yang membuat beliau mampu merobohkan tembok-tembok kemusyrikan, dan keyakinan itulah yang membawa Islam kepada kejayaan.


Rumusan Masalah

  1. Apa pengertian dari dakwah ?
  2. Bagaimana hukum dakwah menurut Al-Quran ?
  3. Apa keutamaan dari berdakwah ?
  4. Apa metode seorang pendakwah ?
  5. Bagaimana sifat-sifat dari seorang pendakwah ?
  6. Bagaimana sejarah dakwah ?
  7. Bagaimana perkembangan dakwah ?
  8. Seperangkat ilmu dakwah.


BAB II
PEMBAHASAN

Sejarah Dakwah

Pengertian Sejarah Dakwah

Sejarah dakwah berasal dari dua kata, yaitu sejarah dan dakwah. Sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni syajarah (pohon), tarikh (penanggalan, kejadian berdasarkan urutan tunggal dan waktu). Orang Inggris menyebutnya “history” yang berasal dari bahasa Yunani “istoria”. Istoria berarti ilmu untuk semua macam ilmu pengetahuan tentang gejala alam, baik yang disusun secara kronologis maupun yang tidak. Kemudian dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan, kata istoria hanya khusus digunakan untuk ilmu penegtahuan yang disusun secara kronologis, terutama yang menyangkut hal ihwal manusia. Sedangkan untuk pengetahuan yang disusun secara tidak kronologis digunakan kata “scientia” yang bersal dari bahasa latin.

Kata sejarah, history, dan tarikh mengandung arti khusus yaitu, “masa lampau umat manusia”. Sedangkan dakwah secara etimologis berasal dari kata da’a, yad’u, da’watan. Kata da’a mengandung arti menyeru, memanggil, dan mengajak. Dakwah artinya seruan, panggilan, dan ajakan. Dakwah islam dapat dipahami sebagai seruan, panggilan dan ajakan kepada Islam.
Dengan demikaian sejarah dakwah dapat diartikan sebagai peristiwa masa lampau umat manusia dalam upaya mereka menyeru, memanggil dan mengajak umat manusia kepada Islam serta bagaimana reaksi umat yang diseru dan perubahan-perubahan apa yang terjadi setelah dakwah digulirkan, baik langsung maupun tidak langsung.

Dengan demikaian sejarah dakwah dapat diartikan sebagai peristiwa masa lampau umat manusia dalam upaya mereka menyeru, memanggil dan mengajak umat manusia kepada Islam serta bagaimana reaksi umat yang diseru dan perubahan-perubahan apa yang terjadi setelah dakwah digulirkan, baik langsung maupun tidak langsung.



Ruang Lingkup Sejarah Dakwah

Terdapat dua pendapat besar tentang permulaan dakwah, yaitu:

  1. Permulaan dakwah adalah pada masa Rasulullah. Pendapat ini mengacu pada terminologi khusus dari dakwah islamiah, bahwa islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Saw.
  2. Permulaan dakwah adalah sejak diutusnya para nabi dan rasul. Pendapat ini mengacu pada terminologi umum dari dakwah Islamiah, bahwa dakwah para nabi hakikatnya adalah satu. Seluruh Rasulullah telah menyampaikan Islam dalam arti yang luas.


Kedudukan dan Fungsi Sejarah Dakwah


Fungsi mempelajari sejarah dakwah antara lain:
  • Untuk mengetahui strategi perjuangan para rasul dan kegigihan mereka dalam menyebarkan dakwah tauhid.
  • Mengidentifikasi penyakit umat setiap zaman dan mencari jalan keluar dari penyakit tersebut.
  • Menentukan sikap dalam berdakwah dengan bercermin dari sejarah yang benar.
  • Mengetauhi faktor-faktor kemajuan dan kemunduran dakwah dari masa ke masa.
  • Untuk memupuk semangat para da’i.
  • Mengetahui sejauh mana dakwah Islam dapat mempengaruhi dan merombak jalannya sejarah atau telah berhasil menciptakan realitas sosiokultural baru.
  • Memprediksi apa yang bakal terjadi dengan peran Islam di masa mendatang dalam rangka penataan kehidupan masyarakat baru.


Sejarah Dakwah dalam Al-Quran

Sejarah dalam Al-Qur’an adalah sejarah yang mengungkap tentang siklus kehidupan dan sunatullah yang tidak pernah berubah. Al-Qur’an selalu mengungkap pertarungan antara hak dan batil, yang pada akhirnya kemenangan akan selalu berada pada pihak yang menbela kebenaran. Al-Qur’an juga mengubah persepsi manusia tentang kemenangan yang lebih diartikan dengan kesuksesan meraih sesuatu yang dicita-citakan di dunia. Kemenangan menurut Al-Qur’an adalah kekuatan mempertahankan keistikomahan dan ketegaran prinsip tauhid sampai ajal menjemput. Dalam Al-Qur’an banyak bercerita kepada kita tentang tingkah pola umat manusia terdahulu yang akhirnya mendapatkan azab dari allah, dan bagaimana kiat-kiat para mushlihun pada zamannya untuk menyelamatkan masyarakat dari azab Allah.




Fase Dakwah Rasulullah SAW

Dakwah Nabi di Mekkah

Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang diutus oleh Allah swt. Beliau berasal dari keturunan yang mulia yaitu keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim. Beliau diutus oleh allah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju ke alam yang terang benderang, menjadi penebar rahmat bagi sekalian alam dengan menjadikan perbaikan akhlak di segala bidang sebagai program andalan, dan membawa kabar gembira bagi umat yang mau menerima ajarannya serta peringatan bagi yang menolak.




Materi Dakwah Nabi Muhammad SAW

  • Al-Mubarakfury menyimpulkan bahwa materi dakwah di mekah adalah:
  • Tauhid.
  • Iman kepada hari kiamat.
  • Pembersihan jiwa dengan menjauhi segala kemungkaran dan kekejian yang menimbulkan akibat buruk, dan dengan melakukan hal-hal yang baik dan utama.
  • Penyerahan segala urusan kepada ALLAH SWT.
  • Semua itu setelah beriman kepada risalah Muhammad SAW.
  • Mengajarkan secara bertahap ajaran-ajaran yang diturunkan oleh Allah, seperti shalat.
  • Ciri Umum Dakwah Rasulullah di Mekkah.

Ada ciri-ciri yang dapat diidentifikasi dalam dakwah Rasulullah pada periode Mekkah. Ciri-ciri tersebut antara lain:

  • Perhatian dakwah terfokus pada upaya untuk menyampaikan dakwah dan menyebarkannya dengan cara sirriyyah (sembunyi) maupun jahriyyah (terang-terangan), dimulai dari orang yang paling dekat, dalam rangka untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan menuju petunjuk, dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju yang terang benderang.
  • Memerhatikan aspek tarbiyah bagi orang yang menerima dakwah dengan berupaya untuk mensucikan hati orang yang dididik dan menumbuhkan mereka selalu dalam suasana hidayah.
  • Berusaha untuk tidak terjadi kontak fisik dengan musuh dan mencukupkan diri dengan melakukan jihad dakwah meskipun gangguan dari pihak musuh cukup menyakitkan hati pihak kaum muslim.
  • Selalu aktif melakukan manuver dalam dakwah dan tidak terpaku hanya ditempat mulai tumbuhnya. Rasulullah SAW berangkat ke Thaif dan kemudian hijrah ke Madinah ketika mekkah tidak memungkinkan untuk menjadi tempat pertumbuhan dakwah.
  • Melakukan kegiatan dan menentukan strategi yang berkesinambungan untuk dakwah ke depan. Membuat program dan menentukan strategi adalah bagian dari upaya dan usaha, dan selaku orang beriman di atas segalanya adalah menyerahkan keputusan akhiratnya kepada Allah.


Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah

Di Madinah dianggap sebagai kelahiran baru agama islam setelah ruang dakwah di Mekkah terasa sempit bagi kaum muslimin. Berawal dari masuk Islamnya beberapa orang asal Madinah pada tahun ke-11 kenabian dalam gerakan dakwah Rasulullah kepada orang-orang yang datang ke Mekkah, dakwah dikawasan ini berkembang dengan pesat.

Keberhasilah hijrah merupakan kemenangan besar bagi Islam dan kaum muslimin. Hijrah merupakan tonggak kehidupan baru kaum muslimin. Di negeri ini mereka mulai menereapkan sistem kehidupan baru sesuai dengan perintah Allah SWT. Penerapan sistem kehidupan baru ini tampak disemua sektor kehidupan, baik politik, sosial maupun skala personal.



Ciri Umum Dakwah di Madinah
  • Menjaga kesinambungan tarbiyah dan tazkiyah bagi sahabat yang telah memeluk Islam.
  • Mendirikan Daulah Islamiyyah.
  • Adanya keseriusan untuk menerapkan hukum syariat untuk seluruh lapisan masyarakat, baik skala personal, maupun jamaah.
  • Hidup berdampingan dengan musuh Islam yang menyatakan ingin hidup damai dan bermuamalah dengan mereka dengan aturan yang jelas.
  • Menghadapi secara tegas pihak yang memilih perang serta melakukan perang urat saraf bagi kelompok yang mengintai peluang untuk menyerang Daulah Islamiah dengan mengirim pasukan-pasukan kecil, serta melakukan persiapan kekuatan berkesinambungan untuk menghadapi beberapa kemungkinan tersebut.
  • Merealisasikan universalitas dakwah Islam dengan merambah seluruh kawasan dunia.
  • Melalui surat, mengirim duta, mengirim rombongan, menerima utusan yang datang.


Dakwah Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Khilafah Rasyidah merupakan para pemimpin ummat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, Radhiallahu Ta’ala anhu ajma’in dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang islami karena berundang-undangkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.


Abu Bakar (11 H- 13 H)

Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, dengan sendirinya batal setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar Radhiallahu‘anhu. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid Radhiallahu ‘anhu adalah panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.

Terdapat tiga gerakan yang menggerogoti sistem Islam, antara lain:
  1. Murtad dari Agama.
  2. Gerakan Nabi palsu.
  3. Pembangkang zakat.

Umar bin Khattab (13 H / 23 H)

Di zaman Umar Radhiallahu ‘anhu gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash Radhiallahu ‘anhu dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash Radhiallahu ‘anhu. Iskandariah/Alexandria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.


Utsman bin Affan (23 H / 36 H)

Di masa pemerintahan Utsman Radhiallahu ‘anhu (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.

Pemerintahan Usman Radhiallahu ‘anhu berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman Radhiallahu ‘anhu memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba’ ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman Radhiallahu ‘anhu dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’ itu.


Ali bin Abi Thalib (36 H / 40 H)

Ali Radhiallahu ‘anhu memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali Radhiallahu ‘anhu menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman Radhiallahu ‘anhu. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman Radhiallahu ‘anhu kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar Radhiallahu ‘anhu.



Sejarah Perkembangan Dakwah

Aktivitas dakwah sesungguhnya telah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, dan dilanjutkan oleh para penerusnya dan ulama-ulama serta tokoh-tokoh Islam sampai sekarang. Berkembangnya agama Islam sejak pada masa Nabi sampai sekarang di seluruh penjuru dunia tidak lain karena adanya aktivitas dakwah. Hanya saja kajian mengenai dakwah sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri baru dilakukan kemudian oleh umat Islam. Secara konkret, kajian ilmu dakwah sebenarnya sudah dimulai sejak abad 10 M, oleh Ibnu Nubathah (946-984 M), sayang karya Ibnu Nubathah ini sampai sekarang belum jelas diketahui.kemudian pembahasan lebih lanjut mengenai ilmu dakwah ditulis olehA. Mahmud Az-Zamakhasyari (1075-1144 M) dengan karyanya Al-Athwaqu Az-Zahab fi Al-Mawaidz wa Ad-Da’wah.

Ulama yang kemudian menulis kajian tentang dakwah adalah Imam Ghazali (w.1111 M) dalam bukunya yang amat terkenal Ihya’ ‘Ulumuddin. Al-Gazhali menulis cukup komprehensif mengenai dakwah Islam dalam bab “Al-Amar bi Al-Ma’ruf An-Nahyu an Al-Munkar”. Menurut Al-Ghazali bahwa al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu an al-munkar disebutnya sebagai Huwa Qathbu Al-A’zham fi Ad-din.

Kajian berikutnya dilakukan oleh A.Manan Al-alusi dalam kitabnya Ghaliyah al-Mawa’idz. Adapun kajian berikutnya semakin mendapat perhatian lebih luas dan menyeluruh sejak zaman shaikh Jamaluddin Al-Afghani dan Syaikh Muhammad Abduh pada masa pemerintahan Ismail Pasha (1863 M) di Mesir yang membawa aliran pembaruan besar di bidangdakwah. Kajian ilmu dakwah terus berkembang dengan pesat, setelah periode pembaharuan atau modernasisasi Islam pada abad 19 M di Arabia, Mesir, dan India. Kajian mengenai ilmu dakwah mulai terspesifikasi baik dari aspek keilmuan, praktika, teoretis, maupun aspek historis. Kajian dakwah secara historis awalnya dilakukan oleh seorang orientalis Barat asal Inggris Thomas W. Arnold, yang menulis tentang dakwah dengan pendekatan historis melalui karyanya yang terkenal The Preaching of Islam (1896), kemudian pada tahun 1913 diadakan revisi dan pada tahun 1930 diterjemahkan dalam bahasa Arab dengan judul Ad-Da’wah ila Al-Islam: Bahtsun fi Tarikhi Nasyri Aqidah Al-Islamiyyah. Karya arnold ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia oleh Drs. Nawawi Rambe, dengan judul Sejarah Dakwah Islam. Buku ini menekankan pembahasan mengenai sejarah lahirnya dakwah Islam dan kekuatan-kekuatan yang mendorongnya secara komprehensif sejak masa Nabi Muhammad saw, sampai masa kontemporer di berbagai wilayah dunia Islam maupun wilayah non Islam.

Pada masa ini ilmu dakwah telah tumbuh sebagai ilmu yang banyak mendapat perhatian di kalangan ulama, karena keberadaan dakwah Islam sebagai kegiatan penyebaran agama Islam amat dibutuhkan dengan berbagai pendekatan dan teori sehingga memudahkan para juru dakwah melakukan kegiatan dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Kajian dan pembahasan ilmu dakwah kemudian berkembang dengan pesat sesuai dengan perkembangan dan dinamika zaman. Pembahasan mengenai ilmu dakwah pertama kali diajarkan di lingkungan akademik, dirintis oleh Syaikh Ali Makhfudz (1880-1942 M) salah seorang ulama terkenal dan murid Syaikh Muhammad Abduh di Universitas Al-Azhar di Mesir.

Sayyid Quthub, ulama dari Mesir juga menulis buku berjudul fiqh Ad-dakwah. Dan tahun yang sama 1972, Dr. Abu Zahrah, menulis buku berjudul Da’wah ila Al-Islam (Dakwah menuju Islam). Buku karya Abu Zahrah ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia. Kemudian disusul oleh Amin Ahsan Islahi, menulis buku berjudul Manhaju Da’wah ila Allahi (metode da’wah menuju jalan Allah). Sementara muhammad bin Alwi Al-Maliki, seorang ulama dari Mekah yang sangat terkenal saat ini, menulis buku kecil berjudul Al-Qudwah Ad-Da’wah fi Manhaj Ad-Da’wah ila Allah. (keteladanan Dakwah).



Perkembangan Ilmu Dakwah dalam Sejarah dan Tantangan Masa Depan


Sekilas tentang Sejarah Pemikiran Dakwah. Perkembangan pemikiran dakwah perlu dikemukakan terlebih dahulu, kerena hal ini juga memiliki pengaruh besar terhadap proses terbentuknya ilmu dakwah. Sejarah perkembangan pemikiran dalam dakwah Islam (yang bersifat falsafi), sebagaimana dikemukakan oleh Syukriadi sambas, nubuwat, khulafa’ al- Rasyidin, tabi’in, tabi’ al-tabi’in, tabi’ al-tabi’ tabi’in dan modern.


Periode pertama adalah periode Nubuwat

Semua nabi memang mengemban tugas memanggil, menyeru, dan mengajak manusia kepada agama Allah. Selama periode Nubuwat, persoalan hermeneatika menjadi menu bagi proses dakwah, yang kemudian berkembang menjadi filsafat perennial, pada masa Lugman, sebagai cikal bakal filsafat yunani di kemudian hari.

Periode kedua, Khulafa’ al-Rasyidin

Kesenambungan aktivitas dakwah mulai merambah ke persoalan teoritik keilmuan pada masa ini. Pada masa ini, sifat Islam masih menekankan pada praktik amaliah dari ajaran keagamaan. Hasil kerja dakwah yang paling manumental adalah kadifikasi al-Quran.

Periode ketiga, masa tabi’in dengan al-dakwah

Ulama Said bin Musayyab, Hasan al-Bashri, Umar bin abdul al-aziz, dan Abu Hanifah. Ke empat tokoh ini menekan proses ihtisab dengan memulai perbaikan pada diri sendiri, keluarga, kemudian perbaikan umat, pengembangan dakwah dengan surat, membina perasaan takut kepada Allah, berpegang teguh pada agama, dan memperhatikan umat non muslim (toleransi).

Periode keempat, masa tabi’in al-tabi’in

Pada masa tokoh-tokoh Malik bin Anas, Syafi’i dan Iman Ahmad. Periode inilah yang disebut periode salaf, yang kemudian menjadi periode transisi.
Periode kelima, masa tabi’ al tabi’ al tabi’in Era dimulainya era khalaf
Sekitar 300 tahun setelah periode Nubuwat berakhir. Pada masa inilah sudah terjadi munculnya aneka corak pemikiran di berbagai bidang kajian keislaman sebagai hasil dari akumulasi interaksi antara  budaya dalam perjalan aktivitas dakwah sebagai aktualisasi dari pemikiran filosofis dakwah.

Periode keenam, Era Modern


Periode ini ditandai dengan semangat pemikiran untuk mengembalikan balance of power terhadap hegemoni barat. Pada masa ini pulalah dakwah sebagai ilmu mandiri mulai menngeliat, dan muncul kepermukaan.


Sejarah Pembinaan dan Pengembangan Dakwah


Proses Pembinaan Dakwah.


Pembinaan Dakwah baik dalam hati manusia ataupun dalam tubuh masyarakat, tidaklah berlaku sekaligus tetapi ia berjalan tahap demi tahap. Menurut Muhammad Ghazali, bahwa pembinaan dakwah berlaku dalam 3 tahap, yaitu penyadaran pemikiran, penumbuhan keyakinan, dan pembangunan peraturan atau organisasi, yang selanjutnya tulisan beliau dalam hal ini diikhtiarkan sebagai berikut:

Apabila kepada seorang manusia ditawarkan sesuatu paham atau kenyakinan, maka pertama-tama harus dilakukan yaitu menyadarkan akalnya supaya berpikir, sehingga kalau dia menerima atau menolak keyakinan itu adalah setelah mempergunakan akalnya. Dakwah Al Quran kepada berpikir dan meneliti seperti yang telah disyaratkan, dengan maksud agar ia menjadi asas keyakinan maka demikian pula ia telah disyaratkan untuk menjadi jalan menuju keyakinan dan rahasia kekekalannya sepanjang masa.

Dakwah Islamiyah Pada Masa Rasulullah SAW.

Setelah turunnya ayat-ayat 1-5 dari AL-ALAQ pada tanggal 17 ramadhan hari senin 13 tahun sebelum hijrah (6 Agustus 610 M) sebagai ayat-ayat AL Qur’an yang pertama turun dan merupakan permulaan dakwah Islamiyah maka turunlah ayat-ayat 1-7 dari surat Al Mudassir, sebagai perintah kepada Muhammad untuk memulai dakwahnya.

Ilmu-ilmu agama Islam baru muncul pada masa-masa awal dari dinasti Abbasiyah (133-766 H/ 750-1258 M), setelah kaum muslim dapat menciptakan stabilitas keamanan diseluruh wilayah Islam. Disisi lain kaum muslimin kaum muslimin yang tingkat kehidupanya memang semakin baik, tidak lagi berorientasi untuk memperluas wilayah melainkan berupa untuk membangun suatu peradaban melalui pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang berkembang tidak hanya ilmu-ilmu agama Islam saja, melainkan juga ilmu-ilmu keduniaan yang memang tidak dapat dipisahkan dari ilmu agama, sehingga pada masa ini muncul ahli-ahli ilmu bahasa arab, ahli-ahli ilmu alam, para filsuf, dan lain lain.

Sejarah Perkembangan Ilmu Dakwah Sejarah perkembangan ilmu dakwah mula-mula berawal dari fase tradisional ke fase ilmiah. Umtuk lebih jelasnya, berikut adalah fase-fasenya. :

Fase Konvensional

Fase konvensional ialah fese ilmu dakwah masih berbentuk praktek-praktek dakwah yang disampaikan oleh para da’i kita, baik dari jaman Rasulullah SAW, para sahabat, tabi’in hingga jaman sekarang. Pada fase ini, ilmu dakwah belum terbentuk menjadi suatu ilmu. Istilah lain dari fase konvensional ialah fase tradisional.

Fase Sistematis

Pada fase sistematis inilah merupakan jembatan antara fase konvensional dan fase ilmiah. Pada fase ini ilmu dakwah sudah berbentuk seminar-seminar, mimbar, majelis ilmu hingga terbentuk penyusunan ilmu dakwah.

Fase Ilmiah

Pada fase ilmiah ini, ilmu dakwah sudah berbentuk kerangka ilmu dan sudah mempunyai syarat-syarat sebagai suatu ilmu, yaitu mempunyai metode di dalamnya, objektif dan sistematis.



Ilmu Dakawah

Dakwah itu megandung makna: an-nasyr (menyebarkan) , al-balagh (menyampaikan) , al-iqna’ (menyadarkan) , dan ad-di’ayah (propaganda), yang semua ini telah menjadi ilmu tersendiri, sejajar dengan ilmu-ilmu lainnya. Semua ini memiliki pembahasan, karakteristik dan sasaran tersendiri bersama dengan ilmu-ilmu Islam lainnya. Dakwah bahkan telah menjadi ilmu Islam yang paling penting dalam menjaga aqidah umat.

Ilmu dakwah dalam konteks ini adalah ilmu yang dipergunakan untuk mengetahui metode dan jalan penyadaran, yang mengacu pada firman ALLAH di dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl [16], ayat 125.

Metode dakwah itu dapat berupa perkataan, seperti khutbah, kajian dan lain-lain. Atau perbuatan, seperti keteladanan yang baik, amal yang bermanfaat, sirah (perjalanan hidup) yang indah dan lain-lain, atau metode bijak lainnya.

Penulis kitab Hidayatul Mursyidin Karangan Syekh Ali Makhfuzh, menukil dari Muhammad Abduh, mengatakan bahwa dakwah itu ada tiga macam :

Dakwah Kepada Seluruh Umat Manusia

Dakwah umat Muhammad kepada seluruh umat manusia kepada Islam adalah agar semua beragama hanya karena Allah. ini adalah kewajiban Umat Islam secara menyeluruh, sebagai konsekuensi dari penunjukannya sebagai khairal ummah (umat terbaik) yang dilahirkan untuk manusia, yang bercirikan amar ma’ruf nahi munkar, serta karena sifat orang beriman yang diberi izin berperang, sebagaimana firman Allah di dalam surah Al-hajj [22], ayat 41.

Dengan dasar ini, yang wajib adalah mengajak manusia kepada Islam. Ketika mereka menerimanya, kewajiban berikutnya adalah amar ma’ruf nahi munkar.

Dakwah Sesama Kaum Muslimin

Dakwah sebagian Kaum Muslimin atas sebagian yang lain kepada kebajikan dan saling memerintahkan antar mereka kepada yang ma’ruf, saling mencegah dari yang munkar. Yang dapat melakukan hal ini adalah kelompok tertentu dari umat yang mengenali urusan agama, mengetahui rahasia hukum Islam dengan baik. Mereka inilah yang ditunjukkan Allah dengan firmannya di dalam Al-Qur’an surah At-Taubah[9], ayat 122.

Dakwah Di Antara Sesama Kaum Muslimin

Dakwah terjadi di antara sesama umat ini, satu sama lain. Dalam hal ini, sama kewajibannya antara yang umum dan yang khusus, dengan menunjukkan kepada kebaikan dan memotivasinya, mencegah dari keburukan dan memperingatinya. Semua ini dilakukan sesuai dengan apa yang diketahuinya. Jika ada seorang Muslim melihat saudara Muslim lainnya melakukan kemunkaran, ia akan hadapi dengan nasihat, bimbingan, dan penjelasan yang sesuai dengan arahan agama. Semua itu dilakukan dengan lembut dan lunak. Inilah bentuk tawashi (saling memberi wasiat) dalam kebenaran dan kesabaran yang menjadi ciri keimanan yang benar, keberhasilan hidup dari kerugian, yang dijelaskan Allah di dalam Al-Qur’an surah Al-Ashr[103], ayat 1-3.
Ini pun berarti ia mengamalkan firman Allah surah An-Nahl[16], ayat 125.

Maksud penjelasan ini bukanlah pembatasan dakwah hanya pada tiga macam ini. Yang dimaksudkan oleh penjelasan ini, ada hal-hal yang mengharuskan untuk diseriusi, diilmui dan dikaji dengan luas, serta argumentasi yang kuat untuk mendakwahi non muslim atau penganut mazhab yang menyimpang, isme yang batil, baik dari Kaum Muslimin maupun dari nonmuslim, atau yang dialami oleh sebagian orang yang tergoda oleh pengetahuan-pengetahuan yang menyesatkan, dan lain-lain. Semua ini memerlukan keseriusan, kesadaran dan argumentasi yang hanya dimiliki oleh mereka yang mengkaji Islam dan orang-orang khusus dalam dakwah.

Ada kelompok lain yang didominasi oleh syahwat dan nafsunya sehingga mereka jatuh ke dalam kesalahan. Mereka itu harus dibawa ke jalan yang benar dengan cara yang baik. Bagi mereka, cukup sedikit nasihat dan bimbingan dari orang yang sedikit ilmu, usaha dan argumentasi; dan kemampuan ini dimiliki oleh orang banyak.

Semua orang tahu bahwa mencuri itu haram. Karena itu, siapa saja yang melihat pencuri maka ia wajib menasehati dan menjelaskannya. Semua orang tahu bahwa khamar itu haram. Karena itu, barangsiapa melihat peminum khamar maka ia wajib menasehatinya dan mengajaknya kepada kebaikan, ke jalan yang lurus. Semua ini tidak memerlukan argumentsi yang besar dan rumit untuk menjelaskannya karena tidak tersembunyi bagi siapapun.

Pada permulaan abad ke-20, Al-ustadz Al-Imam Syaikh Muhammad Abduh telah menguraikan syarat apa saja yang penting dan harus menjadi isi jiwa apabila seseorang hendak mengadakan dakwah. Adapun beberapa syarat yang harus dipenuhi dan patut menjadi perhatian bagi setiap muslim yang berniat untuk terjun dalam lapangan dakwah, anatara lain sebagai berikut:


  • Hendaklah seorang pemberi dakwah mempunyai pengetahuan yang sempurna, atau menguasai sepenuhnya, kemana manusia itu hendak dibawa dengan dakwahnya. Yaitu, hendaklah mereka mengetahui benar-benar tentang Al-Qur’an dan mengetahui pula Sunnah Rasulullahﷺ , mengetahui sejarah hidup beliau, serta sejarah perjuangan sahabat-sahabat Rasulullahﷺ. Juga pengetahuan tentang riwayat kehidupan ulama-ulama salaf yang shalih, serta mengetahui syarat-syarat yang diperlukan dalam bidang hukum. Sebab, dakwah adalah penerangan, sedang Al-Qur’an dan sunah itu terlebih dahulu perlu untuk diterangkan. Dan hendaklah disadari sebelum bertindak kepada yang lainnya, bahwa Al-Qur’an itu adalah petunjuk, perbandingan, serta pelajaran yang mempunyai daya tarik.
  • Berpengetahuan tentang keadaan umat yang akan didakwahinya. Mengetahui bagaimana ukuran pendidikan dan pengalaman, serta lingkungan umat tersebut. Perlu juga untuk mengenal iklim negeri-negeri mereka, serta adat kebiasaan mereka.
  • Berpengetahuan tentang pokok dan sumber ilmu sejarah yang umum; supaya dapat mengetahui dari mana sumber kerusakan akhlak dan timbulnya adat-istiadat yang mengganggu kecerdasan berfikir. Dengan jalan demikian, apabila dia melakukan dakwah tidaklah terlalu seram, dengan memberantas adat kebiasaan ataupun hal yang dipandang bid’ah, sebelum dia mengetahui apa sebab musababnya dan dari mana asal usulnya. Kata-kata yang diucapkan dengan latar belakang pengetahuan yang demikian, akan sangat besar pengaruhnya kepada orang yang diseru.
  • Hendaklah si pembawa dakwah berpengetahuan tentang ilmu bumi. Sebab, ketika dia hendak berangkat menuju suatu tempat, ia telah mengetahui terlebih dahulu mengenai garis-garis besar keadaan negeri yang akan didatanginya itu. Diketahui letak sungai dan gunungnya, demikian pula tabiat dan cuaca. Kerena pengetahuan tentang ilmu ini pulalah, para sahabat Rasulullahﷺ pada zaman dahulu kerap meraih kemenangan apabila menaklukkan sebuah negeri. Kebodohan tentang ini akan menyebabkan kegagalan, baik dalam medan pertempuran, maupun dalam medan dakwah.
  • Ilmu jiwa. Kepentingan ilmu jiwa di dalam menghadapi pribadi seseorang, sama pentingnya dengan mengetahui sejarah untuk mengetahui keadaan umat secara keseluruhan. Seorang Da’i akan mengalami kegagalan dalam memberikan pendidikan atau suatu seruaan kepada khalayak, apabila ia tidak mengetahui ilmu jiwa. Di sinilah letak pentingnya ilmu jiwa, sehinga sebagai seorang pembawa dakwah, jangan sampai seorag da’i beroleh kegagalan di dalam menghadapi masyarakat, yang terdiri dari berbagai golongan dan berbagai tingkatan pendidikanya.
  • Ilmu akhlak, yaitu ilmu yang mengupas perbedaan antara yang baik dan yang buruk, yang terpuji dan yang tercela. Ilmu akhlak adalah syarat yang diperlukan, karena akhlak teladan yang baik yang ditunjukkan oleh si pembawa dakwah sendiri dalam prilakunya sehari-hari itulah yang akan lebih banyak menolong menghasilkan apa yang dia dakwahkan.
  • Ilmu masyarakat (sosiologi). Ilmu masyarakat adalah suatu ilmu tentang kehidupan, mengkaji, membahas, dan menyelidiki sebab-sebab kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Bagaimana suatu bangsa itu tumbuh lalu berkembang, atau layu sebelum berbuah. Ilmu masyarakat ini berhubungan dengan ilmu sejarah dan ilmu akhlak, atau bersumber dari keduanya. Maka ilmu masyarakat ini akan sangat diperlukan oleh si pembawa dakwah dalam zaman modern ini.
  • lmu politik. Ilmu ini juga diperlukan oleh seorang pembawa dakwah. Tujuannya adalah untuk mengetahui dalam zaman apa dia hidup. Bukanlah suatu hal yang remeh bagi seorang da’i untuk mengetahui susunan pemerintahan dalam negeri tempat dia melakukan dakwah.
  • Mengetahui bahasa negeri tempat ia melakukan dakwah, supaya ia dapat menyelami lubuk jiwa si empunya bahasa. Syarat ini pun mutlak, karena bagaimana pun alimnya seseorang, kalau tidak mengetahui bahasa, maka samalah dia dengan orang bisu. Dan alangkah baiknya pula, jika si pemberi dakwah tersebut mengerti bahasa asing yang kerap kali menjadi bahasa kesarjanaan pada zaman modern, misalnya bahasa inggris. Suapaya ia tidak canggung dan tidak rendah gengsi manakala ia harus berhadapan dengan bangsa lain, atau bangsanya sendiri yang merasa bangga dalam pengetahuannya tentang bahasa asing itu. Orang Arab mempunyai pepatah: “Barangsiapa mengetahui bahasa suatu kaum, niscaya terlepaslah dia dari tipu daya kaum itu.” Setidaknya pepatah ini dapat dijadikan sebagai penggugah ghirah dan motivasi untuk berbenah diri, supaya dirinya tidak tertipu oleh bahasa kaum yang sedang diserukan dakwah kepadanya.
  • Mengetahui kebudayaan dan kesenian yang beredar di kalangan umat yang hendak didakwahinya. Karena pengetahuan akan seni dan budaya menyebabkan orang tidak terburu nafsu meletakkan hukum atas suatu perkara, sehingga dia tidak tersisih ke tepi ketika soal-soal itu diperbincangkan orang, dan tidak bingung ketika datang kepadanya suatu pertanyaan tentang hal itu.
  • Menetahui pokok-pokok perbedaan agama-agama yang ada. Serta mengetahui pula perbedaan pendapat antara mazhab-mazhab di kalangan kaum Muslimin itu sendiri. Sehingga akan menimbulkan keluasan pemahaman di dalam menghadapi umat.


BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan

Rasulullah SAW adalah contoh terbaik, dalam menggerakkan dan mengelola dakwah. Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama Allah, terhitung spektakuler. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu 23 tahun beliau berhasil mengajak seluruh bangsa Arab dalam pelukan Islam, yang imbasnya secara alamiah dari generasi ke generasi Islam telah menyebar ke seantero jagad. Jumlah populasi muslim dunia ,kini yang mencapai kurang lebih 1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama 23 tahun tersebut. Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang paling pantas kecuali merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia paling agung, yakni Muhammad SAW.

Perkembangan ilmu dakwah mengalami kemajuan pesat pada awal abad ke-20 M. Dimana pertumbuhan ilmu dakwah sudah mulai dikaji sesuai dengan perkembangan dinamika keilmuan. Pada periode ini ilmu dakwah sudah mulai dikaji secara spesialisasi dan pembidangan ilmu, seperti metode dakwah, psikologi dakwah, manajemen dakwah, filsafat dakwah, komunikasi dakwah, sejarah dakwah, komunikasi dakwah, dan lain-lain. Adapun dalam pendekatan kajian dakwah diperlukan pendekatan keilmuan lainnya untuk menunjang keberhasilan dakwah, seperti pendekatan edukatif, pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, pendekatan historis, pendekatan komunikasi, dan lain-lain sesuai dengan situasi dan kondisi sasaran atau objek dakwah.


Saran

Dengan selesainya makalah ini, penulis berharap agar pembaca dapat mengambil sedikit hikmah dari kandungan yang ada didalamnya. Setiap karya pasti indah, namun setiap keindahan itu belum tentu yang terbaaik. Maka penulis mohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penulisan ataupun kandung pokok bahasan. Kritik dan saran akan kami terima, guna karya yang lebih baik kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Nama Pengarang Judul Buku
Bahri An-Nabiry, Fathul Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i
Samsul Munir Amin Ilmu Dakwah
Moh Aziz, Dkk Ilmu Dakwah
Taufik Al-Wa'iy Dakwah Ke Jalan ALLAH
Andy Darmawan Metodologi Ilmu Dakwah
Muhammad Abdul Fatah Dakwah , Prinsip dan Kode Etik
Asep Muhyidin, Dkk Dakwah Multiperspektif
DONASI VIA PULSA Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi akan digunakan untuk memperpanjang domain Prodi SEO. Terima kasih.
Selanjutnya...
SHARE
Blog Ala Santri
"Bagaimana aku akan takut dengan kemiskinan, sedangkan aku adalah hamba dari Yang Maha Kaya".

Related Posts

Subscribe to get free updates

Post a Comment